Dari hasil penelitian yang dilakukan, menunjukan bahwa shalat tahajud yang
dilakukan dengan tepat, ikhlas dan khusyuk pada tiap malam, dengan dosis 13
rakaat dalam waktu 8 minggu, dapat menurunkan kadar kortisol.
Fungsi Kortisol dan
Efek Shalat Tahajud
1. Metabolisme karbohidrat dan asam amino dengan meningkatkan konsentrasi
gula dalam darah.
Pada orang yang tidak shalat tahajud, kadar kortisolnya menjadi tinggi,
membuat metabolisme karbohidrat dan asam amino meningkat, sehingga konsentrasi
gula dalam darah menjadi naik. Sebaliknya pada orang yang melaksanakan shalat
tahajud, kadar kortisolnya menjadi rendah, sehingga mempengaruhi turunnya gula
dalam darah. Oleh karena itu, shalat tahajud ini sangat bagus bagi penderita
penyakit diabetes, karena dapat menstabilkan gula dalam darah.
2. Memperkuat kerja jantung dan merangsang epinephrin
dan angiotensin II.
Pada orang yang tidak shalat tahajud, kadar kortisolnya menjadi tinggi,
sehingga merangsang peningkatan epinephrin yang mengakibatkan meningkatnya
kerja jantung dan kontraksi pembulu darah (Vasokontriktor). Sebaliknya,
pada orang yang melaksanakan shalat tahajud, kadar kortisolnya menjadi rendah,
dapat menurunkan epinephrin, sehingga kerja
jantung stabil dan pembuluh darah tidak kontraksi. Oleh karena itu, shalat
tahajud ini sangat bagus bagi penderita penyakit darah tinggi, jantung dan
stroke.
3. Menghambat Ekskresi Urine
Pada orang yang tidak shalat tahajud, kadar kortisolnya menjadi tinggi,
dapat menghambat ekskresi urine sehingga dapat menimbukan beban ginjal yang
berlebihan. Sebaliknya pada orang yang melaksanakan shalat tahajud kadar
kortisolnya menjadi rendah, tidak menghambat ekskresi urine (stagnasi cairan)
sehingga beban ginjal tidak berlebihan. Oleh karena itu shalat tahajud ini
sangat bagus bagi penderita penyakit gagal ginjal.
4. Menyebabkan perubahan EEG pada otak dan jiwa
(euforia, depresi, mudah tersinggung, emosi yang labil)
Pada orang yang tidak shalat tahajud, kadar kortisolnya menjadi tinggi,
dapat menyebabkan perubahan EEG pada otak dan jiwa, di antaranya menyebabkan
depresi, mudah tersinggung, emosi labil dan euforia. Sebaliknya pada orang yang
melaksanakan shalat tahajud, kadar kortisolnya menjadi rendah sehingga Eeg
stabil dan normal. Oleh karena itu, shalat tahajud ini sangat bagus bagi
penderita penyakit gangguan jiwa, depresi dan dapat membuat emosi menjadi
stabil.
5. Menghambat pembentukan limfosit.
Pada orang yang tidak shalat tahajud, kadar kortisolnya menjadi tinggi,
sehingga dapat menghambat pembentukan limfosit. Sebaliknya pada orang yang
melaksanakan shalat tahajud, kadar kortisolnya menjadi rendah sehingga limfosit
tidak terhambat. Oleh karena itu, shalat tahajud ini sangat baik untuk tubuh,
karena dapat membuat daya tahan tubuh menjadi bagus.